FAMe Chapter Unmuha Aceh Dideklarasikan

 


Universitas Muhammadiyah (Unmuha) Aceh bekerja sama dengan Forum Aceh Menulis (FAMe) menyelenggarakan kelas literasi di Auditorium Rektorat Unmuha, Batoh, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh.

Pelatihan menulis tersebut berlangsung 15 kali dalam semester ini setelah FAMe Chapter Unmuha Aceh dideklarasikan oleh Koordinator FAMe, Hayatullah Pasee MSos, pada Jumat (26/5/2023) siang.

Dalam sambutan singkatnya, Hayatullah Pasee mengatakan bahwa FAMe pertama kali dideklarasikan pada tahun 2017, awalnya bernama Forum Barsela Menulis.

Karena peserta pelatihan ternyata banyak yang berasal dari luar barat dan selatan Aceh (Barsela) maka nama komunitas literasi ini berganti nama jadi Forum Aceh Menulis disingkat FAMe.

Menurut Hayatullah, saat ini sudah ada 12 chapter FAMe yang tersebar di seluruh Aceh. Di lingkungan kampus, FAMe sudah ada di Unimal Lhokseumawe, Umuslim dan Uniki Bireuen, UBBG Banda Aceh, dan ISBI Aceh di Kota Jantho.

FAMe juga sudah terbentuk di Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Singkil, Pidie, Pidie Jaya, dan Kota Lhokseumawe.

"Pada hari ini, deklarasi FAMe kita laksanakan di Unmuha sebagai chapter ke-13," ujar Hayatullah.

Ia juga menyampaikan bahwa saat ini hampir 2.000 orang putra-putri Aceh mengikuti kelas FAMe yang tergabung dalam 13 chapter ini.

"Kami berharap spirit literasi akan terus berkembang ke depannya dan kami juga berharap FAMe akan ada di seluruh penjuru Aceh," ucapnya.

Seusai deklarasi dilanjutkan dengan pelatihan perdana kelas literasi FAMe Chapter Unmuha Aceh.

Sesi ini dibuka langsung oleh Wakil Rektor III, Dr Ir Zardan Araby MT, mewakili Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh, Dr Aslam Nur MA.

Dalam sambutannya, Zardan menyatakan bahwa kelas literasi ini sangat penting untuk diselenggarakan di Unmuha

"Kami berharap dengan adanya kelas ini akan meningkatkan minat literasi di lingkungan civitas akademika Universitas Muhammadiyah Aceh.

Apa yang diajarkan ini sangat penting bagi Unmuha ke depannya, baik untuk penulisan artikel maupun jurnal. Pelatihan ini akan memperbanyak jumlah penulis dari kampus ini," kata Zardan Araby.

Ia mengimbau agar para mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan Unmuha yang tergabung dalam kelas literasi itu serius menimba ilmu kepenulisan dari para tutor FAMe yang ikhlas mengajar, tanpa mengharap imbalan apa pun.

Pertemuan perdana FAMe di Kampus Unmuha ini, diisi oleh Yarmen Dinamika, Wartawan Serambi Indonesia yang juga Pembina FAMe.

Ia menyampaikan materi berjudul Menumbuhkan Minat dan Kemampuan Menulis yang intinya berisi berbagai motivasi untuk menjadi seorang penulis.

Yarmen berkata, semua orang bisa menjadi penulis, kecuali yang tidak mau.

Menurutnya, latihan menulis adalah jalan tol untuk menjadi penulis.

"Namun, untuk menjadi penulis Anda haruslah menjadi pembaca yang lahap," imbuh Yarmen.

Yarmen juga mengutip anjuran Ali bin Abi Thalib bahwa bingkailah ilmu dengan cara menuliskannya.

"Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Menulislah sebagai bukti Anda pernah hidup di dunia," ujar Yarmen mengutip perkataan Pramoedya Ananta Toer dan William Shakespeare tentang pentingnya menguasai literasi.

Untuk bisa menulis, lanjut Yarmen, seseorang harus terlebih dahulu meruntuhkan tiga tembok psikologis yang menghalanginya untuk mahir menulis.

Tembok pertama adalah merasa menulis itu susah sehingga enggan untuk belajar menulis.

Kedua, merasa menulis itu tak ada gunanya, maka percuma saja kalau nantinya pintar menulis.

Ketiga, merasa tak berbakat jadi penulis sehingga tak akan berhasil jadi penulis meskipun sering berlatih.

"Padahal, untuk menjadi penulis itu tidak perlu bakat. Yang penting ada minat dan kemauan, insyaallah dengan berlatih seseorang akan jadi penulis, bahkan penulis hebat. FAMe sudah membuktikannya, 1.862 anggota FAMe kini sudah jadi penulis meski awalnya mereka tak berbakat," ujar Yarmen.

Menurutnya, menulis itu bukanlah bakat, melainkan kemauan dan keterampilan yang harus terus diasah, dibiasakan, dan mendapat apresiasi.

Untuk bisa menulis, seseorang harus banyak membaca dan kaya pengalaman lapangan. "Untuk menulis cerita fiksi pun terkadang perlu observasi lapangan," imbuhnya.

Ia juga menambahkan bahwa membaca adalah kegiatan mencari tahu, sedangkan menulis adalah untuk memberi tahu. "Kedudukan si pemberi tahu tentulah lebih mulia," ucap Yarmen.

"Teruslah membaca dan teruslah berlatih menulis. Dengan membaca Anda mengenal dunia, dengan menulis dunia akan mengenal Anda," pungkas Yarmen Dinamika.

Untuk pelatihan menulis di setiap cabang (chapter)-nya, FAMe selalu menawarkan 74 materi sesuai kurikulum FAMe.

Namun, peserta pelatihan bebas memilih materi mana yang relevan dan mendesak untuk diajarkan terlebih dulu.

Dalam kaitan ini, para mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan di Unmuha sudah memilih 15 topik yang akan diajarkan dalam semester ini, termasuk materi tentang menggali ide untuk penulisan novel serta latihan 'public speaking' agar terampil dan 'PD' berbicara di depan umum.[] Sumber: Serambi Indonesia

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama